Rabu, 30 November 2011

Catatan 18

Fajar, 3 Mei 2011
Majalah Lektura
Di Makassar, Pers Mahasiswa yang tersohor pada tarikh 1990-1992 yakni majalah Lektura. Media ini diawaki oleh Sukma Rasyid, Andi Ilham Paulangi, Nasru Alam Aziz, Rahmawaty Syukur, Mukhlis Amans Hady, Mustam Arif bersama M Nawir. Kala itu, Alwy Rachman (PD III Sastra Unhas), Andi Ilham Paulangi (Ketua Senat Sastra) berikut Salahuddin Alam (Ketua BPM Sastra) merasakan riak berupa tuntutan kebutuhan mahasiswa untuk menyalurkan aspirasi. Lektura pun digagas serta diracik. Pada Agustus 1990, Lektura terbit dengan penampilan yang sangat menawan.
Pada hakikatnya, Lektura (1990-1992) merupakan kelanjutan Lektura (1974-1975) yang diasuh M Dahlan Abubakar, Aminuddin Ram bersama Anwar Ibrahim. Dari serpihan hikayat, Lektura pada 1964-1969, juga pernah terbit dengan pengasuh Prof Dr A Mattulada, Ishak Ngeljaratan dan HD Mangemba.
Lektura (1990-1992) tertoreh sebagai pionir Pers Mahasiswa di Unhas. Begitu majalah Lektura dirilis, kontan sejumlah fakultas turut menerbitkan tabloid. Sayang bahwa penerbitan dari fakultas lain tidak kokoh. Mereka hanya sekali terbit, sesudah itu tinggal kenangan.
Lektura tergolong beruntung. Sebab, redaksinya solid, cerdas, berani serta sehati sebagai saudara. Majalah tersebut memegang manifesto untuk melaporkan dan menganalisis informasi demi kepentingan publik. Lektura menggali bahan yang tampak samar-samar di permukaan.
Lektura menjadi buah bibir karena punya saraf keberanian buat mengungkap suatu keborokan. Beberapa pihak kemudian resah oleh sikap keras Lektura. Bulan madu Lektura sebagai media alternatif di era Orde Baru cuma berlangsung dua tahun.
Lektura menemui ajal tatkala menurunkan laporan utama tentang Golongan Putih (Golput). Isu Golput yang diangkat dianggap bisa mengganggu stabilitas serta keamanan. Apalagi, Pemilu 1992 tinggal menghitung hari. Departemen Penerangan Sulawesi Selatan akhirnya melarang Lektura diterbitkan dan diedarkan. Lektura pun tertoreh sebagai satu-satunya Pers Mahasiswa di Indonesia Timur yang dibreidel rezim Orde Baru.
Di masa sekarang, Pers Mahasiswa sulit mengikuti jejak Lektura. Pasalnya, zaman telah berubah. Dulu, keterbukaan politik dikekang-erat. Media mainstream pun teramat hati-hati. Bahkan, mengambil sikap tiarap ketika menurunkan berita perihal politik.
Kini, demokrasi mulai bersemi di Indonesia. Politik tak lagi tabu didiskusikan. Hatta, Pers Mahasiswa pasti tidak pas jika berniat mengungkit isu-isu politik. Kuno rasanya bila Pers Mahasiswa tergiur mengekspos politik kontemporer Indonesia.
(sumber:Fajar, 3 Mei 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Pengikut

Wal-Mart.com USA, LLC
Lazada Indonesia
Wal-Mart.com USA, LLC
2000 Islamic Products from simplyislam.com
Wal-Mart.com USA, LLC
Gearbest  promotion
Islamic Toys and Games
Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC
Islamic drop ship service dropship
Win Digital Quran Pen reader Competition
islamic discount vouchers
islamic canvas art
Wal-Mart.com USA, LLC